Tinkerbell Pink Glitter Wings

Minggu, 15 September 2019

Mengenal Diagram Venn

Hi sahabat semua, ketemu lagi nih kali ini kembali ketemu dengan matematika, selalu saya doakan semoga semakin cinta dengan matematika. Materi yang akan dibahas kali ini adalah mengenai diagram Venn. Materi diagram venn kita temui pada bab Himpunan yaitu pada penyajian himpunan.

Oke membahas sedikit tentang sejarah diagram venn jadi diagram Venn diperkenalkan oleh pakar Matematika Inggris pada tahun 1834 – 1923 bernama John Venn. Nah tau kan sekarang kenapa kita sebutnya diagram venn ?karena penemunya bapak John Venn, dimana venn di ambil dari nama belakang penemunya.
Definisi :Gambar himpunan yang menyatakan himpunan-himpunan serta hubungan antara beberapa himpunan dalam semesta pembicaraan tertentu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat diagram venn

  1. Buatlah persegi panjang atau persegi
  2. Himpunan semesta digambarkan dengan persegi panjang dan lambang S yang mana ditulis pada sudut kiri atas dalam gambar persegi panjang. Himpunan semesta (S) adalah himpunan yang memuat semua anggota himpunan yang dibicarakan.
  3. Setiap himpunan lain yang dibicarakan digambarkan dengan lingkaran (kurva tertutup) kecuali yang tidak termasuk dalam himpunan lain yaitu dituliskan diluar lingkaran.
  4. Setiap anggota ditunjukkan dengan noktah (titik) dan anggota himpunan ditulis di samping noktah tersebut.
Berikut adalah contoh diagram venn
S={1,2,3,4,5,6,7,8,9}
A={1,3,4,2,5}
B={2,5,7,6}

Hubungan antar 2 Himpunan

  1. Himpunan Saling Lepas
  2. Himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika tidak ada anggota himpunan A dan B yang sama. Himpunan A saling lepas dengan himpunan B dapat ditulis A//B. Himpunan saling lepas dari himpunan A dan B dinyatakan dengan diagram Venn seperti pada Gambar di bawah ini
    diagram venn saling lepas
  3. Himpunan yang Berpotongan
Himpunan A dan B saling berpotongan jika ada anggota himpunan A dan B yang sama. Himpunan A berpotongan dengan himpunan B dapat ditulis A∩B. Himpunan yang berpotongan dapat dinyatakan dengan diagram Venn pada Gambar dibawah ini
digaram venn saling berhubungan
Cara membedakan banyaknya anggota himpunan yang Saling Lepas dan saling Berpotongan.
Simak vidio dibawah ini ya...






  1. Himpunan Bagian
Himpunan A dapat dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika semua anggota himpunan A merupakan anggota dari himpunan B. Himpunan A merupakan himpunan bagian dari himpunan B dapat dinyatakan dengan diagram Venn seperti pada Gambar di bawah ini
diagram venn himpunan bagian dari
  1. Himpunan yang Sama
Himpunan A dan B dikatakan himpunan yang sama jika setiap anggota A merupakan anggota B dan setiap anggota B merupakan anggota A. Misalnya A = {1, 2, 3} dan B = {3, 2, 1} dapat dikatakan himpunan A sama dengan himpunan B dan dapat ditulis A = B. Dengan diagram Venn dapat dinyatakan seperti pada Gambar dibawah ini
diagram venn himpunan yang sama
  1. Himpunan yang Ekuivalen
Dua himpunan dikatakan ekuivalen jika banyaknya anggota dari kedua himpunan tersebut sama. Contoh: A = {a, b, c, d}; B = {1, 2, 3, 4} A dan B dikatakan himpunan yang ekuivalen. Himpunan A ekuivalen dengan himpunan B jika:n(A) = n(B)
Dalam Himpunan kita mengenal beberapa istilah sepert Irisan, gabungan dan selisih seta komplemen
  1. Irisan Himpunan

Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya ada di himpunan A dan ada di himpunan B. Bisa dikatakan himpunan yang anggotanya ada di kedua himpunan tersebut.
Contoh: A = {a, b, c, d, e} dan B = {b, c, f, g, h}
Pada kedua himpunan tersebut ada dua anggota yang sama yaitu b dan c. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa irisan himpunan A dan B adalah b dan c atau ditulis dengan:
A ∩B = {b, c}
A∩B dibaca himpunan A irisan himpunan B. Dengan diagram Venn A∩B dapat dinyatakan seperti pada Gambar di bawah ini
irisan himpunan
  1. Gabungan Himpunan

Gabungan dari dua himpunan A dan B merupakan suatu himpunan yang anggota-anggotanya ialah anggota himpunan A atau anggota himpunan B atau anggota kedua-duanya.
Contoh: A = {1, 2, 3, 4} dan B = {4, 5, 6, 7}
Gabungan dari kedua himpunan A dan B adalah {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} atau dapat ditulis:
A ᴗB = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
AᴗB dibaca himpunan A gabungan himpunan B. Dengan diagram Venn, AᴗB ditunjukkan oleh Gambar berikut
  1. Komplemen

Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang anggota-anggotanya bukan merupakan anggota himpunan A.
Contoh: S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
A = {2, 3, 4, 5}
Komplemen dari himpunan A adalah {0, 1, 6, 7}. Komplemen dari himpunan A dinotasikan atau ditulis A’ dibaca A komplemen atau komplemen dari A. Komplemen A juga dapat dinyatakan dengan diagram Venn. Diagram Venn dari A’ dinyatakan seperti Gambar berikut:

SEMANGAT BELAJAR

Jumat, 16 Agustus 2019


Tentang Nol Dipangkatkan Nol

a pangkat n sama dengan a kali a kali a ... sebanyak n,
a pangkat nol sama dengan satu,
a pangkat nol sama dengan a kali suatu bilangan yang menghasilkan angka satu,
bilangan tersebut pasti satu per a,
satu per a sama dengan a pangkat min satu,
a pangkat satu kali a pangkat min satu sama dengan a pangkat satu-dikurangi-satu yang juga sama dengan a pangkat nol,
dibaca dari belakang, a pangkat nol sama dengan a pangkat satu-dikurangi-satu sama dengan a pangkat satu kali a pangkat 
min satu sama dengan a dibagi a.
Jika a diganti dengan nol maka hasil akhirnya nol dibagi nol. Dan kita semua tahu bahwa nol dibagi nol tak terdefinisi. Jadi nol pangkat nol tak terdefinisi.

Bahasa matematikanya :


Mari pahami bersama

Cara Membuat Ogif


Ogive adalah grafik yang digambarkan berdasarkan data yang sudah disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif. Untuk data yang disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif kurang dari, grafiknya berupa ogive positif, sedangkan untuk data yang disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif lebih dari, grafiknya berupa ogive negatif.
Frekuensi kumulatif kurang dari untuk suatu kelas adalah jumlah frekuensi semua kelas sebelum kelas tersebut dengan frekuensi kelas itu. Sedangkan frekuensi kumulatif lebih dari suatu kelas adalah jumlah frekuensi semua kelas sesudah kelas tersebut dengan frekuensi kelas itu.
1. Ogif Positif



2. Ogif Negatif








Cara Membuat Histogram dan Poligon Frekuensi





Langkah-langkah dalam membuat histogram dan poligon frekuensi dari tabel distribusi frekuensi di atas adalah sebagai berikut.
  1. Membuat sumbu datar dan sumbu tegak yang saling berpotongan.
    Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam tabel distribusi frekuensi menjadi diagram, seperti biasa dipakai sumbu datar untuk menyatakan kelas interval dan sumbu tegak untuk menyatakan frekuensi.
  2. Menyajikan frekuensi pada tabel ke dalam bentuk diagram.
    Setelah sumbu datar dan sumbu tegak dibuat pada langkah 1, buat diagram yang menyatakan frekuensi data. Bentuk diagramnya seperti kotak (diagram batang) dengan sisi-sisi dari batang-batang yang berdekatan harus berimpitan. Pada tepi masing-masing kotak/batang ditulis nilai tepi kelas yang diurutkan dari tepi bawah ke tepi atas kelas. (Perhatikan bahwa tepi kelas terbawah adalah 151,5 – 155,5).
  3. Membuat poligon frekuensi.
    Tengah-tengah tiap sisi atas yang berdekatan dihubungkan oleh ruas-ruas garis dan titik-titik tengah sisi-sisi atas pada batang pertama dan terakhir di sisi terakhir dihubungkan dengan setengah jarak kelas interval pada sumbu datar. Bentuk yang diperoleh dinamakan poligon frekuensi (poligon tertutup).

Selasa, 31 Oktober 2017

PENERAPAN INDUKSI MATEMATIK

PENERAPAN INDUKSI MATEMATIKA DALAM ATM MULTI PECAHAN UANG
a.       Konsep ATM Secara Umum di Indonesia
ATM, pada umumnya, hanya memiliki satu jenis nominal uang. Logikanya ialah sebuah ATM hanya memiliki satu cartridge uang, yang hanya dapat diisi oleh sebuah nominal (entah itu Rp 20.000,-, Rp 50.000,-, maupun Rp 100.000,-). Nah, pengolahan berapa jumlah uang yang dikeluarkan tidak secara langsung dihitung dari jumlah nominal uang yang ditarik, tapi dikonversikan dahulu, pecahan uang yang tersedia pada cartridge harus dikeluarkan sebanyak berapa lembar agar uang yang ingin ditarik pelanggan tercukupi4. Misal pelanggan ingin menarik uang sebanyak Rp 200.000,-. Maka ada tiga kemungkinan :
ü  Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 20.000,-, maka cartridge penyimpan uang akan diperintahkan menghitung dan mengeluarkan sebanyak 10 lembar.
ü  Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 50.000,-, maka cartridge penyimpanan uang akan diperintahkan menghitung dan mengeluarkan sebanyak 4 lembar.
ü  Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 100.000,-, maka cartridge penyimpanan uang akan diperintahkan untuk menghitung dan mengeluarkan uang sebanyak 2 lembar.
Terdapat beberapa kelemahan dalam ATM yang memiliki sistem seperti ini, antara lain : Pelanggan ingin menarik uang yang tidak genap (misal ingin menarik uang sebesar Rp 70.000,- ).
Pada kenyataannya, masalah ini memang sudah ditanggulangi dengan mengeluarkan pernyataan “Mesin ini hanya mengeluarkan uang dalam pecahan kelipatan Rp 20.000,- (atau Rp 50.000,- atau Rp 100.000,-). Masyarakat juga telah memaklumi keadaan ini. Namun, apakah tidak jauh lebih mudah jika dapat dilakukan penarikan tunai dengan nominal yang tidak genap seperti itu? Apa sebenarnya keistimewaan cara berpikir ATM Multi Pecahan Uang?
b.Penerapan Induksi Matematika dalam  ATM Multi Nominal
Penerapan Induksi Matematik dalam ATM Multi Nominal yakni dengan penggunaan Prinsip Induksi yang Dirampatkan (prinsip pertama) pada proses penghitungan uang yang akan dikeluarkan dari cartrige penyimpanan uang.
Ada beberapa ketentuan dalam pengambilan uang pada ATM Multi Nominal ini. Ketentuan tersebut antara lain :
ü  jumlah minimal penarikan
ü  jumlah kelipatan penarikan dari jumlah minimalnya
ü  pecahan uang berapa yang ada di ATM tersebut
Jadi, bagaimana cara perhitungannya?
Ambil sebuah contoh, dalam satu ATM terdapat pecahan uang Rp 20.000,- dan Rp 50.000,-. Berapakah jumlah kelipatan penarikan dengan jumlah minimal yang dapat diambil pelanggan melalui ATM tersebut adalah Rp 40.000,-?
Penyelesaian :
1.      tunjukkan bahwa f(n0) benar (berlaku)
2.      Basis induksi : Untuk mengeluarkan uang dengan jumlah Rp 40.000,- dapat digunakan 2 lembar uang Rp 20.000,-. f(n0) jelas benar (berlaku) !!
3.      Jika f(n) benar (berlaku) maka tunjukkan f(n+k) juga benar (berlaku) untuk semua bilangan bulat n ≥ n0. (k ialah kelipatan pengambilan uang di ATM)
Langkah induksi :  Jika f(n) benar, yaitu untuk mengeluarkan uang dengan jumlah Rp 40.000 dapat digunakan e lembar uang Rp 20.000,- (hipotesis induksi). Kita harus menunjukkan bahwa f(n+k) juga benar, yaitu untuk mengeluarkan uang sebesar n+k juga dapat menggunakan pecahan uang Rp 20.000,- dan/atau Rp 50.000,-.
Ada dua kemungkinan yang perlu diperiksa:
a. Kemungkinan pertama, misalkan tidak ada uang pecahan Rp 50.000,- yang dikeluarkan, maka uang yang dikeluarkan senilai Rp n,- menggunakan pecahan Rp 20.000,- semuanya. Karena n ≥ Rp 40.000,-, setidaknya harus digunakan dua lembar pecahan Rp 20.000,-. Dengan mengganti dua lembar uang Rp 20.000,- dengan selembar uang Rp 50.000, akan menjadikan uang yang dikeluarkan ATM sebesar Rp n+k,- dengan k senilai Rp 10.000,-.
b. Kemungkinan kedua, misalkan ATM mengeluarkan uang senilai Rp n,- dengan sedikitnya satu lembar pecahan Rp 50.000,-. Dengan mengganti satu lembar pecahan Rp 50.000,- dengan tiga lembar uang pecahan Rp 20.000,- akan menjadikan uang yang dikeluarkan ATM sebesar Rp n+k,- dengan k senilai Rp 10.000,-
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa nilai k (kelipatan) uang yang dapat diambil dari ATM tersebut, dengan minimal jumlah pengambilan sebesar Rp 40.000,-, ialah sebesar Rp 10.000,-.

Selasa, 24 Oktober 2017

Kemampuan Berpikir Kreatif

Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang, sehingga diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan siswa untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut agar menjadi pribadi yang sukses dalam hidup. Keterampilan-keterampilan penting di abad ke-21 masih relevan dengan empat pilar kehidupan yang mencakup learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Empat prinsip tersebut masing-masing mengandung keterampilan khusus yang perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar, seperti keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, metakognisi, keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi dan kreasi, literasi informasi, dan berbagai keterampilan lainnya. Pencapaian keterampilan abad ke-21 tersebut dilakukan dengan memperbarui kualitas pembelajaran, membantu siswa mengembangkan partisipasi, menyesuaikan personalisasi belajar, menekankan pada pembelajaran berbasis proyek/masalah, mendorong kerjasama dan komunikasi, meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa, membudayakan kreativitas dan inovasi dalam belajar, menggunakan sarana belajar yang tepat, mendesain aktivitas belajar yang relevan dengan dunia nyata, memberdayakan metakognisi, dan mengembangkan pembelajaran student-centered. Berbagai keterampilan abad ke-21 harus secara eksplisit diajarkan. Secara singkat, pembelajaran abad ke-21 memiliki prinsip pokok bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa, bersifat kolaboratif, kontekstual, dan terintegrasi dengan masyarakat. Peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-21 sangat penting dalam mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik.

Dibawah ini ada beberapa literasi tentang kemampuan berpikir Kreatif:

1.  JURNAL  KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
2. BERPIKIR KREATIF DAN DISPOSISI MATEMATIS

Demikian yang dapat saya share, semoga dapat menambah literasi dan menerapknnya ke dalam kehidupan sehari-hari.


Siapa Ahli Matematika Pertama di Indonesia?

Nah loh, siapa ya matematikawan pertama dari Indonesia?.
Matematika sebagai disiplin ilmu mulai ditekuni oleh bangsa Indonesia pada abad ke-20. Matematikawan pertama dari Indonesia adalah Dr. G.S.S.J. Ratu Langie(alm.), yang lebih dikenal sebagai Dr. Sam Ratulangi, asal Sulawesi Utara. Ia belajar di University of Zurich, Swiss, dan meraih gelar doktor dalam bidang matematika pada tahun 1919.
Hampir 40 tahun kemudian, Daniel Handali (alm.) mendapat gelar doktor dalam bidang matematika murni dari Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam – Universitas Indonesia (sekarang FMIPA ITB) pada tahun 1957. Beliau kemudian menjadi dosen di FMIPA ITB hingga awal tahun 1990-an.
Pada tahun 1959, Moedomo Soedigdomarto (alm.) meraih gelar doktor dalam bidang matematika murni dari University of Illinois, Amerika Serikat. Beliau juga menjadi dosen di FMIPA ITB hingga awal tahun 2000-an. Paper pertama karya putra Indonesia adalah paper berjudul “Radon-Nykodim theorems for Bochner and Pettis integrals“, yang ditulis oleh Moedomo Soedigdomarto dan J.J. Uhl Jr. dan dipublikasikan di Pacific Journal of Mathematics pada tahun 1971.


Sumber : http://anakbertanya.com/siapakah-ahli-matematika-pertama-di-indonesia-m/